Kurikulum Merdeka, Latih Nalar Kritis Anak

SYAFANA NEWS – Kurikulum Merdeka yang telah disiapkan sejak tahun 2020 kini resmi menjadi kurikulum nasional. Kurikulum ini mulai diterapkan pada tahun ajaran 2024/2025

pada level P1 dan P4.
Para tenaga pengajar pun diminta untuk mulai menyesuaikan diri dengan metode pengajaran itu.

Pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kelapa Dua, Ibu Mina Rabiatul Asiah mengatakan, metode yang ditekankan dalam Kurikulum Merdeka itu adalah sistem pendidikan yang berpihak pada anak.

“Kurikulum Merdeka lebih berpihak pada murid. Biarkan mereka berekspresi. Buat fleksibel. Latih nalar kritis. Yang ingin dicapai adalah tujuan pembelajaran,” katanya, dalam kegiatan pelatihan guru di Syafana Islamic School, Kampus Paradiso, Gading Serpong, Jumat (12/7/2024).

Dilanjutkan, ada beberapa prinsip modul ajar yang menjadi acuan dalam Kurikulum Merdeka.

Pertama, karakteristik, kompetensi dan minat peserta didik di setiap fase. Perbedaan tingkat pemahaman dan variasi jarak (gap) antar tingkat kompetensi yang bisa terjadi di setiap fase.

“Melihat dari sudut panjang pelajar, bahwa setiap peserta didik itu unik. Belajar harus berimbang antara intelektual, sosial, personal dan saling berhubungan,” jelasnya.

Dalam Kurikulum Merdeka, tingkat kematangan setiap peserta didik tidak dilihat secara seragam. Tetapi sebagai bagian dari tahap perkembangan, berdasarkan pengalaman sebelumnya.

“Jadi, yang dimaksud dengan diferensiasi produk itu, kesiapan belajar berdasarkan bakat dan minat anak. Diferensiasi bukan memilah atau mengelompokkan, tetapi menggali dengan berbagai sumber, sesuai minat dan bakat, atau kebutuhan belajar anak/siswa,” sambungnya.

Melalui pola pendidikan Merdeka, setiap anak akan mendapat kesempatan dan peluang yang sama.

Write a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *