Kertas Putih yang Mendamaikan Hati

Oleh: Ustadz Dimas Hadam Karunia, S.I.P (HRT P-3B)

Kertas itu kertas biasa, ukurannya pun sangat minimalis, persis seperti kertas kupon undian atau doorprize. Kalau kertas kupon doorprize bisa membuat kita harap-harap cemas, kertas ini pun tak kalah bikin kita antusias, karena selalu sukses meninggalkan kesan dalam jiwa bagi yang membacanya. Terbukti, dengan banyaknya yang mengabadikan kertas itu di status WA.

Dibagikan bersamaan dengan makanan dan minuman ringan bagi segenap dewan guru Syafana sebagai cemilan untuk mendengarkan kajian ba’da Ashar di setiap Jum’at sore. Bagi kami para guru, kertas putih kecil dan tipis itu selalu sukses mengukir senyum di bibir dan syukur di hati ketika menerima dan membaca baris kata yang tertulis diatasnya. Sore ini tadi, kertas kecil itu seakan menyapa kami dengan untaian kata-kata indahnya, “hai pejuang pendidikan, Allah titipkan ilmu melalui kebaikan dirimu. Semoga kebaikanmu terus mengalir dan mengantarkanmu ke surga yang dirindu”. Indah, syahdu, dan menggetarkan. Getaran kalimat dari kertas itu semakin terasa karena diterima dan dibaca di waktu yang tepat, dan di tempat yang penuh khidmat. Diterima sesaat setelah shalat (ashar) ketika pikiran sudah rileks setelah seharian lelah berfikir dan bekerja, dan bertempat di masjid, simbol peribadatan dan ketaatan. Bahkan mungkin bisa jadi, kertas putih itu menjadi salahsatu faktor kajian ta’lim bertambah kekhusyu’an dan kekhidmatannya. Inilah kisah kertas putih yang mendamaikan hati. Menyapa Jum’at sore kami dengan petikan dan ungkapannya yang menggugah dan sarat makna. Tak lupa terselip harap dan doa yang semoga menjadi nyata di dekapan keharibaanNya. Tak sabar rasanya diri ini, menanti Jum’at berikutnya, menebak dan menerka-nerka, rumatan kalimat apa lagi yang akan tertera diatasnya. Apapun itu kata-katanya, toh kertas putih kecil dan minimalis itu telah sukses mendamaikan hati kami, serta sudah turut serta merawat, memupuk dan menyirami nawaitu luhur kami untuk terus istiqomah melanjutkan profesi kanjeng nabi dengan terus menjadi pejuang pendidikan bagi generasi dan umat ini. Hingga saat ini, esok, bahkan sampai mati. Wallahu a’lam.