Keseruan Interclass Competition Syafana Islamic School

SYAFANA NEWS – Siswa Syafana Islamic School-Primary, Paradiso, mengikuti interclass competition. Seperti apa keseruannya? Ikuti liputannya.

Koordinator Interclass competition, Coach Rhonzie Rismanto mengatakan, pada interclass ini pihaknya mengambil tajuk “Unity Makes Us Stronger”.

“Ada tiga lomba, futsal, estafet pingpong, dan moving ball,” katanya, Senin (30/9/2024).

Dijelaskan, kegiatan lomba telah dimulai sejak Jumat (27/9/2024), untuk siswa Kelas 1 dan 2. Sedangkan untuk siswa kelas 3 dan 4 hari Senin (30/9/2024).

“Kegiatan ini rutin dilakukan usai midtest untuk refreshing siswa, selama tiga hari. Terakhir hari ini Kelas 5 dan 6, putra putri, futsal dan moving ball,” jelasnya.

Selama interclass competition, kelas ditiadakan. Seluruh siswa, diikutkan dalam kegiatan lomba. Mereka bersaing memperebutkan juara kelas.

“Semoga melalui kegiatan ini, para siswa dapat merefresh kembali pikirannya usai ujian, dan menumbuhkan jiwa kompetisi antarkelas,” pungkasnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan, lomba paling menarik ada pada futsal. Para siswa tampak berkumpul di belakang gawang dan pinggir lapangan.

Suara sorak siswa menggema, dan suasana penuh keceriaan. Pertandingan pun terlihat cukup keras memperebutkan juara masing-masing kelas.

Diskusi Parenting Syafana: Teladan Rasulullah Hadapi Fenomena Fatherless

SYAFANA NEWS – Fenomena Fatherless dalam rumah tangga dapat diartikan sebagai kurang atau tidak adanya peran ayah terhadap anak, baik secara fisik maupun emosional.

Anak-anak Fatherless akan mengalami gangguan, seperti depresi, kecemasan, dan kesulitan dalam mengontrol emosi mereka, karena perasaan kesepian dan kehilangan sosok ayah.

Rupanya, fenomena ini cukup tinggi di dunia dan parahnya, Indonesia menduduki peringkat tiga dunia kasus Fatherless tertinggi. Hal ini pun menimbulkan keresahan sendiri.

Dalam seminar parenting yang digelar PTA Syafana Islamic School-The Icon BSD City, fenomena Fatherless ini dibedah secara tuntas oleh Ustadz Ahmad Faris.

Mengusung tajuk “Meneladani Peran Rasulullah sebagai Solusi Fatherless”, seminar parenting ini mengambil pendekatan Islami dalam mengatasi fenomena yang tengah berkembang.

“Simbol pendidikan Rasulullah adalah Tauhid dan keteladanan. Dengan keteladanan maka mudah untuk mendidik anak,” kata Ahmad Faris, Senin (30/9/2024).

Dijelaskan, seorang istri dapat menjadi perantara antara ayah yang sibuk bekerja dan anaknya.

“Dengan kesibukan ayah dalam bekerja, ayah dapat menjadikan istri sebagai perantara/PR dalam mendidik anak. Selain itu, ayah juga harus harus memiliki quality time bersama anak,” katanya.

Sifat perantara itu hanya bisa dilakukan sesekali saja. Namun, tetap yang diutamakan adalah peran ayah dalam mengisi kekosongan hati pada anak-anak mereka.

“Caranya, masuk ke dunia anak agar anak merasa setara,” sambungnya.

Dijelaskan, keteladanan Rasulullah dalam mengasuh anak, tertulis dalam kitab Adab al-Islam fii Nidham al-Usrah karangan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al-Hasani.

Pada bagian hubungan bapak dan anak, dijelaskan adab terkait hubungan bapak dan anak.

“Pertama adalah memilihkan nama yang baik untuk anak. Kedua, adalah memotong rambut kepala anak yang baru lahir, dan bershodaqoh atasnya serta melakukan aqiqah,” jelasnya.

Selanjutnya, membantu anak untuk berbakti atau taat pada orangtua dengan cara berinteraksi yang baik dan kebijaksanaan orangtua dalam mendidik anak.

“Adab selanjutnya adalah memberikan kasih sayang dan perlindungan terhadap anak, memerintahkan anak untuk sholat bila mencapai usia 7 tahun dan memberikan pendidikan tata krama,” katanya.

Dengan pola asih yang baik, maka anak-anak tidak akan merasa kesepian, apalagi sampai kehilangan sosok ayah yang menjadi panutannya.