SYAFANA NEWS – Islam tidak mengenal tinggi rendahnya suku bangsa. Semua umat manusia dianggap setara satu dengan yang lainnya.
Hal inilah yang menjadi topik tausiyah bada Jumat, di Masjid Agung Syafana Al Iman oleh Syekh Hassan Hedia.
“Pada hari kiamat, manusia tidak ditanya dari suku bangsa apa. Semua sama di hadapan Allah SWT,” katanya, Jumat (15/12/2023).
Dilanjutkan dia, ada kisah menarik tentang hubungan hamba dan tuannya. Kisah ini terjadi saat Rasulullah masih hidup.
Diceritakan, bahwa saat itu ada seorang sahabat jalan berdampingan dengan pembantunya. Kedua orang ini memakai baju bagus yang sama.
Masyarakat yang melihat pun bertanya heran. Mengapa mereka berdua memakai pakaian yang sama bagus.
“Ada kisah menarik, seorang tuan jalan dengan pembantunya dengan pakaian yang sama. Tetapi malah dikritik orang,” jelasnya.
Mendapat pertanyaan itu, sang tuan pun menjawab. Bahwa pernah suatu kali, dirinya memanggil pembantunya itu dengan kata rasis, karena berkulit hitam.
Rasulullah yang mengetahui hal ini, lalu menegur tuan itu. Katanya, tuan itu telah berkata buruk. Padahal, Islam dengan tegas telah melarang rasisme dan sukuisme.
Sikap rasisme dan sukuisme, menurut Nabi Muhammad SAW merupakan warisan jahiliah yang harus diberangus dan ditinggalkan, bertentangan dengan Islam.
“Akhirnya, dia memperlakukan pembantunya itu, seperti dirinya sendiri,” terangnya.
Dilanjutkan dia, dalam Islam tidak pernah dibedakan suku bangsa yang satu dengan yang lain. Semua orang dianggap sama dan setara. Pondasi ini telah dibangun lama.
“Jadi ini pondasi yang dibangun Islam. Tidak ada yang membedakan orang Arab dan nin-Arab. Semua sama. Yang membedakan hanya amal solehnya saja,” jelasnya.
Menurutnya, tindakan rasisme telah ada jauh sebelum Islam. Maka itu, prilaku ini dianggap sebagai warisan jahiliah.
“Rasisme telah ada sejak masa jahiliyah. Tetapi Islam mengangkat derajat mereka, seperti Bilal. Rasulullah tidak memandang seseorang dari ras mereka,” ungkapnya.
Tausiyah pun ditutup dengan diskusi tanya jawab dengan jamaah. Ada yang menarik dalam sesi tanya jawab itu.
Jamaah bertanya tentang posisi bangsa Israel yang disebut-sebut sebagai bangsa pilihan. Sementara suku bangsa lain tidak.
Menjawab hal itu, Syekh Hassan langsung menjelaskan, bahwa mereka memang bangsa pilihan, tapi itu berlangsung 4.000 sampai 5.000 tahun lalu. Di mana saat itu, bangsa Israel menjadi satu-satunya bangsa yang beragama tauhid.
Namun, dalam perkembangannya, bangsa Israel telah mengabaikan dan meninggalkan ajaran kebaikan dari agama yang damai.
“Bagi Israel, mereka bangsa pilihan. Tapi itu 5.000 tahun yang lalu. Kenapa mereka menjadi bangsa pilihan, karena mereka satu-satunya bangsa yang beragama tauhid saat itu,” terang Syekh Hassan lagi.
Menurutnya, saat ini bangsa pilihan yang telah ditetapkan 5000 tahun lalu sudah gugur. Bangsa Israel menjajah Palestina dan merampas tanah mereka.
“Tapi sekarang sudah gugur, karena prilaku bangsa Israel sudah jauh dari ajaran agama. Zaman sekarang ini, mereka bangsa yang dimurkai, bahkan dilaknat Allah SWT,” tambahnya.
Lebih jauh, bangsa Israel kini tidak hanya dimusuhi oleh bangsa Palestina, tapi juga muslim bahkan bangsa-bangsa di dunia atas agresi yang dilakukannya terhadap Palestina.
Write a Comment